Posted by Materi Teknik Informatika • Informasi Teknologi Informasi • Digital Marketing on 9/18/2014
Detik awalnya adalah proyek pribadi sebuah perusahaan penyedia jasa konsultasi, pengembangan dan pengelolaan web. Agranet Multicitra Siberkom. Untuk mensiasati kondisi perusahaan saat krisis ekonomi 1997. Agrakom saat itu seperti banyak perusahaan lain juga menghadapi persoalan. Order jasa web site terhenti, sementara proyek-proyek e-commerce yang sudah di tangan di tunda oleh klien. Padahal Agrakom yang berdiri Oktober 1995 dengan investasi yang lumayan besar.
Agrakom termasuk salah satu pelopor Industri konten IT yang menyasar pasar Internet yang mulai di kenal di Indonesia pada tahun 1993. Agrakom sempat beberapa kali mengecap manisnya kue bisnis itu dari beberapa klien besar seperti Kompas Gramedia yang meluncurkan Kompas Cyber Media
untuk berita koran versi Internet atau PT. Tambang Timah Tbk. Kalau
sekarang mungkin banyak web atau portal website berbasis cms, jadi bila
mendapatkan client besar tinggal instalasi, tapi tentunya pun dengan
biaya pembuatan portal dengan harga yang juga berbeda.
Budiono Darsono, Yayan Sofyan, Abdul Rahman dan Didi Nugrahadi sebagai pendiri Detik.
Budiono Darsono (Pendiri Detik)
Agrakom didirikan oleh Budiono Darsono dan teman teman yang sebagian besar berlatar belakang Jurnalis, pada masa awal Agrakom berkantor di perkantoran Stadion Lebak Bulus, namun berhasil menggaet sekitar 10 klien raksasa dari luar negeri. Antara lain Philips (elektronik), Hair Builder (properti), Anderson (News), Radio Extreme (Konsultan Sekuritas),
Intel dan AIM Service. Umumnya klien tersebut perusahaan Amerika dan
tidak memiliki kantor di Indonesia bahkan merekapun tidak menginginkan
memeilih tempat usaha di Indonesia walaupun murah bagi mereka, ini
mungkin karena indonesia belum begitu dilirik soal dunia IT, tidak
seperti sekarang.
Kepada Agrakom sebagian besar perusahaan tersebut mempercayakan
penggarapan dan pengembangan situs web mereka. Sebagian lainnya
mengorder jasa pengembangan aplikasi. Semua kontak bisnis dilakukan
melalui email dan telepon atau mungkin print presentasi elegant. Preview
pekerjaan juga dilakukan melalui Internet. Adapun diskusi pekerjaan
dipresentasikan melalui Chat yang secara khusus dibuat oleh Agrakom,
nilai proyek yang ditangani terus meningkat, awalnya hanya Rp.300 juta,
lalu meningkat Rp.425 juta bahkan sempat sampai mencapai Rp.1 Miliar.
Tapi kue manis tersebut tak berlangsung lama, Krisis Moneter 1997
membuyarkan semuanya mungkin ini yang menjadi kelemahan Detik atau
hampir seluruh perusahaan lain yaitu kurangnya planing diawal bila
usaha akhirnya terpuruk.
Mensikapi kondisi tersebut, kemudian
Budiono Darsono (Wartawan Detik), Yayan Sofyan (Wartawan Detik),
Abdul Rahman (Wartawan Tempo) dan Didi Nugrahadi. Empat sekawan ini berpikir
keras mencari konsep jasa web baru yang tetap laku dalam situasi krisis.
Ada cerita lain bahwa ide ini lahir akibat paket layanan baru dan
pernah ditawarkan kepada salah satu penerbit koran besar, namun ditolak.
Klien itu justru menyarankan agar Budiono dan kawan kawannya
menggarapnya sendiri, dari serangkaian pertemuan, nongkrong di berbagai
tempat, akhirnya konsep itu ditemukan yaitu sebuah media yang 100%
berbasis internet dan memanfaatkan semaksimal mungkin keunggulannya tersedia setiap saat dan interaktif, namun gagasan ini masih mentah
karena Budiono dan kawan kawan masih bingung seperti apa wujudnya.
Terdapat
beberapa alternatif matang tinggal meniru saja konsepnya. Misalnya waktu
itu lagi populer sekali Yahoo, dimana orang yang mau browsing pasti ke
Yahoo dulu, buat cari informasi, jadi ada rencana buat portal seperti
Yahoo atau bikin Web Mail Gratis macam Hotmail. Tetapi pilihan akhirnya
jatuh pada membuat situs berita yang cepat terupdate dalam hitungan
menit, bukan lagi harian seperti koran. Budiono sangat yakin orang-orang
sedang membutuhkan berita. Gagasan itu sepertinya
mencontek gaya breaking news televisi CNN tetapi ala internet. Sama juga
seperti Yahoo! yang sebetulnya sudah memakai konsep itu dengan berita
update langganan dari perbagai kantor berita. Sayangnya, mesin pencari
ini masih berbahasa inggris. Padahal di Indonesia hanya sedikit orang
yang mau baca website berbahasa inggris.
Detik waktu itu
memang unik. Jangankan di indonesia, di seluruh dunia pun waktu itu
tidak ada Portal Berita seperti Detik, pada awal operasionalnya
Budiono menjabat sebagai pemimpin redaksi sekaligus reporter dengan satu
tape recorder. Lalu merekrut beberapa reporter, sembari rajin menelepon
bekas teman-teman wartawan di media lain untuk menyumbang berita.
Beritanya singkat, orang yang sering di telpon Budiono adalah Sapto
Anggoro, redaktur di harian Republika, yang kerap memberi info baru di
lapangan kepadanya. Tidak lama Sapto Anggoro justru keluar dari koran itu dan
bergabung dengan Detik, bahkan sekarang tercantum sebagai dewan redaksi Detik, 30 Mei 1998 Server Detik
sudah siap di akses, namun baru mulai online dengan sajian lengkap pada
9 Juli 1998. Berita-beritanya segar dan terus menerus
diperbaharui dalam hitungan detik. Desain website berbalut warna khas
yang agak norak, hijau, biru, dan kuning. Warna ini sampai sekarang
dipertahankan sebagai trademark. Baru sebulan Detik online telah ada
sekitar 15.000 hits alias yang mengklik situs baru itu. Perkiraan itu
akhirnya terbukti karena dalam waktu singkat Detik menjadi sangat
di cari. Satu tahun kemudian, jumlah pengunjung melesat menjadi 50.000
orang perhari, sebuah pencapaian luar biasa mengingat pengguna internet
yang baru sedikit saat itu.
Banyak cerita tentang sulitnya para
reporter Detik menyajikan berita-berita secara tepat waktu. Saat
itu belum ada BlackBerry atau semacam Smart Phone yang bisa mengirimkan
email berita dengan sekali pencet. Telepon genggam (Handphone) apalagi
PDA di tahun 1998-1999 amat mahal dan terbatas. Satu satunya jalan
adalah memanfaatkan telepon umum dan setiap pagi para reporter Detik terlebih dahulu diwajibkan untuk masuk ke kantor mengambil beberapa
kantung uang recehan, yang terjadi adalah antrean panjang telepon umum
dan para wartawan itu sering terkena omelan para pengguna telepon. Dengan
begitu berita yang dikirimkan disiasati lebih singkat dan pendek.
Pada akhirnya situs Detik ini sampai sekarang populer dan selalu menjadi berita terhangat Portal Berita terpopuler di Indonesia.